Beranda | Artikel
Kemacetan Dalam Pemasaran Hasil Pertanian
Selasa, 1 April 2014

Kegiatan ekonomi terdiri atas produksi, distribusi dan konsumsi beserta faktor penunjang yang lain seperti pembiayaan. Dalam kegiatan ekonomi pertanian di negeri kita, keterkaitan antara produksi dan pemasaran masih belum tertata secara benar. Ini disebabkan oleh karena kegiatan pertanian kita masih bersifat tradisional yang dilakukan oleh petani kecil secara tradisional, perorangan dan manual, sedangkan pasar sudah tunduk pada kaidah modern yang akan diuraikan dibawah ini. Kita semua setuju bahwa pembeli adalah raja dalam bisnis.

Pembeli terkumpul dalam sebuah pasar, sehingga pasar merupakan tempat pembeli yang raja dimana penjual menawarkan produknya. Produk akan dibeli bila sesuai dengan persyaratan pemenuhan kebutuhan sang raja. Oleh sebab itu para petani sebagai produsen dan penjual sekaligus, harus dapat memenuhi persyaratan sang raja agar produknya menjadi pantas dibeli.

Ilmu pemasaran modern sudah dapat mengidentifikasi persyaratan tersebut. Pertama-tama adalah kepastian produk dalam apa yang dinamakan QCDS, dimana Q mewakili quality alias mutu produk, C mewakili cost, biaya produksi yang melahirkan harga, D mewakili delivery yaitu ketepatan pasokan dalam unit waktu,dan jumlah barang yang akan dipasok dan S mewakili service yaitu pelayanan purna jual.

Bagi pasar, makin tinggi mutu QCDS ini makin menarik dan bahkan akan dicari. Siapapun yang ingin hasil produksinya laris di pasar, harus mampu memenuhi QCDS ini. Pada sisi lain bagi produsen QCDS ini merupakan alat bersaing di pasar, dan pada sisi lain, pasar memburu produk yang QCDSnya baik. Kemampuan petani tradisional tidak kompatibel dengan persyaratan modern ini, sehingga sudah dapat dipastikan petani tradisional secara perorangan tidak mampu memenuhi persyaratan modern ini. Disinilah terjadinya kemacetan aliran perdagangan antara petani tradisional dan pasar modern. Inkompatibilitas ini hanya terjadi di Indonesia dan negara berkembang dimana kegiatan pertanian masih dilakukan dengan cara tradisional, perorangan dan manual. Di negara maju, karena produsen produk pertanian ini sudah modern inkompatibilitas ini tidak terjadi.

Huruf Q mewakili mutu hasil produksi. Mutu ini yang menentukan adalah pembeli karena harus sesuai dengan kebutuhannya. Apa yang terjadi sehari hari, produsen hasil pertanian menentukan sendiri mutu produksi sehingga kebanyakan tidak serasi dengan kebutuhan pembeli sehingga menjadi sulit laku. Karena pembeli adalah raja, maka adalah sesuatu yang wajar bila mutu barang, harus sesuai betul dengan persyaratan pembeli. Langkah yang betul, adalah produsen harus mengetahui dulu peryaratan mutu pembeli, baru berproduksi. Untuk itu perlu informasi pasar apa yang akan dimasuki, dan bagaimana persyaratan mutu barang yang dibutuhkan sehingga akan menjadi mudah pemasarannya.

Huruf C mewakili biaya produksi. Biaya produksi ini harus ditekan serendah mungkin, dan diusahakan makin lama makin turun dengan inovasi yang tanpa henti. Biaya produksi ini akan membentuk harga dan harga ini yang menjadi penentu larisnya sesuatu produk.

Huruf D mewakili pasokan (delivery). Kebutuhan pasar itu biasanya konstansehingga soal ketepatan pasokan menjasi sangat penting. Pasokan harus tepat janji dalam waktu, mutu dan jumlah. Kerugian besar akan terjadi pada pihak pembeli bila pasokan tidak sesuai dengan kebutuhan dalam waktu, mutu dan jumlah. Hanya produsen yang taat pasok yang dicari oleh pembeli.

Huruf S mewakili pelayanan purna jual. Pelayanan purna jual ini merupakan alat komunikasi antara produsen dan pasar dalam usaha memperbaiki dan mempertinggi nilai QCDS. Jika ada masaalah QCDS yang terjadi, segera diperbaiki, agar kesinambungan usaha bisa terjamin.Pemenuhan ketetapan pasar ini mutlak harus diwujudkan petani kita, bila produk mereka diterima pasar. Untuk itu para petani kita harus bergabung dalam sebuah institusi bisnis untuk dapat memenuhi persyaratan pasar tersebut secara bersama dan seragam. Institusi bisnis itu paling ideal adalah koperasi.

Koperasi ini sebaikmya beranggotakan petani yang bertekad memproduksi hanya satu macam produk saja agar mudah untuk mengarahkan usaha bersama dalam satu tindakan yang seragam agar mudah dikendalikan dan fokus. Mulai dari penentuan bibit, cara menanam, pemeliharaan mutu, proses produksi sampai pada pengendalian biaya, cara pengemasan, sampai cara pengiriman ke konsumen harus terkendali pelaksanaannya.

Sebagai contoh usaha ubi ungu yang sangat digemari di Jepang. Koperasi petani menghubungi eksportir ubi ungu ke Jepang dan meyakinkan mereka bahwa koperasi ubi ungu ini dapat memenuhi persyaratan pasokan ubi ungu ke Jepang dengan QCDS yang pasti. Untuk memenuhi pasar Jepang, koperasi bekerja sama dengan eksportir untuk mendapatkan informasi tentang produk ubi ungu ini, mulai dari jenis bibit, produksi dan bentuk produk apa utuh, chip atau tepung, persyaratan segi kebersihan dan kemasan, serta jadwal pasokan.Setelah seluruh informasi didapatkan maka perencanaan produksi dimulai. Disituditetapkan jadwal tanam, tenaga kerja, cara penanaman dan pemeliharaan tanaman, alokasi pembiayaan sampai pemanenan. Sesudah itu pekerjaan pasca panen dipabrik sampai pengiriman. Setelah seluruh bentuk perencanaan selesai, dimulailah operasi produksi. Pengawasan produksi dilakukan dengan berpedoman pada rencana produksi, baik terhadap pencapaian hasil maupun pengeluaran biaya, sampai terbentuk harga produk.

Harus menggunakan teknologi paling mutakhir. Koperasi petani semacam ini, adalah sebuah koperasi tang menerapkan manajemen ilmiah sebagai usaha modern, harus direalisasikan. Caranya, pemerintah membuat contoh model sebanyak mungkin, untuk di”bench mark” oleh seluruh petani untuk setiap produk mulai dari petani ubi ungu, jahe, cabai, rumput laut dan sebagainya.

Hanya dengan cara berkoperasi moderenlah, komunikasi dagang antara petani danpasar yang saat ini macet, dapat diurai. Para petani dapat dibantu untuk mampuberkiprah di pasar lokal maupun internasional dengan cara yang benar sekaligusmeningkatkan pendapatan mereka.

Oleh: Bpk. Eddy O.M. Boekoesoe [Peneliti industri modern dan beliau mantan PRESDIR PT.FIRST NATAN GOBEL. Beliau melakukan reserch belasan tahun di Jepang atas perintah Bp.Thayeb Gobel (Alm) tentang Industri, 0812 8767 939]


Pengusahamuslim.com didukung oleh  .

  • Dukung kami dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. 081 326 333 328 dan 087 882 888 727
  • Donasi dapat disalurkan ke rekening: 4564807232 (BCA) / 7051601496 (Syariah Mandiri) / 1370006372474 (Mandiri). a.n. Hendri Syahrial

Artikel asli: https://pengusahamuslim.com/3667-kemacetan-dalam-pemasaran-hasil-pertanian-1870.html